Pemping and The Squad

Pemping, sebuah tanah antah berantah yang sebelumnya bahkan belum pernah terdengar namanya olehku. Siapa sangka pulau mungil di ujung perbatasan Indonesia-Singapore ini bisa benar-benar berarti dalam kehidupanku. Berawal dari seleksi KKN Kebangsaan 2016, yang bisa dibaca dipostinganku sebelumnya, akhirnya nama Pemping kini bukan lagi sekedar sebuah pulau kecil yang asing, namun menjadi salah satu tempat penuh kenangan yang tidak akan pernah aku lupakan seumur hidup.

Sedikit cerita, tergabung dalam kelompok KKN Kebangsaan 2016 mewakili almamaterku ke luar sana sebenarnya menjadi beban yang teramat berat. Siapa sangka ternyata interview singkat hasil iseng-iseng yang aku lakukan ketika seleksi delegasi KKN justru berhasil membuat interviewer meloloskanku menjadi salah satu delegasi Unsoed untuk melakukan KKN di tanah terpencil. Padahal aku merasa tidak layak mendapatkan kesempatan ini. Namun sekali lagi, Tuhan yang Maha Baik nampaknya memberikanku kesempatan luar biasa untuk dipertemukan dengan daerah bagian Indonesia diujung sana. Yup. Pemping.

Tiba di Tanjung Pinang Kepulauan Riau setelah melalui perjalanan darat-laut-udara yang melelahkan, aku kemudian dipertemukan dengan 14 kawan baru yang akan satu tim denganku di Pemping (16 orang satu tim, satu orang kawan satu almamater, dan satunya lagi adalah aku). Kesan pertama bertemu mereka? Sedikit Sangat nervous. Berada bersama teman-teman dari Universitas yang berbeda dan latar belakang yang berbeda membuat nyaliku ciut. Mereka keren-keren gilak! Rasanya bahkan aku tidak ingin terpisah dari teman-teman almamaterku. Ada sedikit rasa takut untuk berada satu tim dengan orang-orang asing yang bahkan namanya masih sukar untuk diingat saat pertama kali bertemu. Namun ya namanya KKN, mau tidak mau kita harus bisa akrab dengan teman satu posko. So berangkatlah aku ke tanah Pemping bersama 15 kawan satu posko KKN dengan perasaan campur aduk (takut-penasaran-grogi-sedikit excited-dan malah ingin cepat-cepat mengakhiri KKN).

Pertama kali menginjakkan kaki di Pemping, satu hal yang terlintas di pikiranku, ini-pulau-ada-orangnya-apa-engga-deh. Asli sepi banget! Tidak ada satu pun warga yang menyambut kehadiran kami. Dan tak berapa lama datanglah beberapa pemuda Pemping dengan motor dan gerobak penyelamat yang membantu membawa barang bawaan kami (anyway kami bawa sembako dari Tanjung Pinang untuk jatah 16 orang selama kurang lebih satu minggu. Bisa dibayangkan berapa banyak barang yang kami bawa diluar koper masing-masing). Dari dermaga yang sangat sepi, kami kemudian menyusuri jalan setapak untuk menuju posko. Sepanjang perjalanan menuju posko mataku sibuk menggerayangi setiap sudut jalan yang aku lewati. Suasana di Pemping ini sangat sepi dan begitu tenang, berbeda jauh dengan daerah asalku di Tasik.

Setelah melalui perjalanan kurang lebih 500m, kami akhirnya tiba di posko KKN kami. Sebuah rumah panggung dari kayu yang dihuni oleh Tok Sulung (selama rumahnya dijadikan posko KKN, beliau tinggal bersama anaknya di Batam). Rumah hanya terdiri dari 4 bagian, ruang keluarga, satu kamar tidur, dapur, dan kamar mandi tanpa pintu (akhirnya dibuatlah pintu darurat dari kain). Shock lah awalnya. Gila aja serumah dengan yang bukan muhrim dan hey! kamar mandinya hanya ditutup kain selendang?! Antisipasi jika ada yang tiba-tiba masuk, setiap kali di kamar mandi aku selalu bersenandung dan menimbulkan suara gedebak gedebuk biar orang tahu ada orang di kamar mandi Selain pintu kamar mandi yang sangat seadanya, belum lagi dengan trouble kloset mampet yang membuatku beberapa kali harus berhadapan dengan sesuatu yang mengambang.. you know what I mean lah ya.

Berada di Pemping itu serasa seperti berada di pulau Harvest Moon. Pulaunya kecil, bisa dikelilingin sambil jalan kaki, cari makan tengah malam susahnya minta ampun, namun tanahnya subur karena banyak lahan perkebunan dengan hasil yang melimpah. Beruntunglah aku satu posko dengan 15 orang kawan baruku yang bageur-bageur dan gatau kenapa bikin betah aja gitu ada di pulau kecil ini. Kalo gaada mereka, udah homesick setiap detik kali.

Seminggu selama di Pemping, rasa kekeluargaan kami mulai muncul. Bersama berada di tanah antah-berantah, apalagi yang bisa dilakukan selain bergantung dengan satu sama lainnya. Meskipun tim kami seringkali dihadapkan dengan permasalahan gap-or-apapun-itu-yang-namanya-grup-grupan, but well we’re a very good family afterall.

Hoo iya kembali ke niat awalku membuat tulisan ini, ya mengenalkan kawan-kawan luar biasa yang aku temui di KKN Kebangsaan 2016 bagian Pemping. Kenapa jadi ngelantur sana-sini ya.. Well then, let me introduce my Pemping Family:
  1.  Anjas. Delegates from Universitas Bengkulu (Gubernur fakultas ekonomi di kampusnya). Yow he’s the leader. Kenapa dia pertama? Karena dia our leader (atau anak-anak posdaya bilangnya kormades)  Oke well ini bukan diurutkan berdasarkan perangkat-siapa-yang-paling-apa-atau-bagaimana. Number isn’t matter right? So balik lagi ke Anjas-si-anak-Jawa-yang-tinggal-di-Bengkulu, the youngest tapi punya jiwa leadership yang luar biasa.
  2. Ummu. Delegates from Universitas Negeri Makassar. His (anjas) lovey-dovey. Mereka jadi umi-abi nya Pemping Squad. Ummu itu hmm.. well one thing I like the most from her adalah her voice. Logat makassar nya sangat kental sekali dan aku selalu suka setiap dia lagi ngomong.
  3.  Edwini. Delegates from Universitas Bangka Belitung. Si cantik and cheerful dari Bangka yang jago nari. She dance and sing very well!
  4. Acil. Delegates from UIN Jakarta. Idolaku banget. Si mungil yang cantik, pinter-banget, jago ngaji, dan satu cerita unik antara aku dan Acil adalah, ternyata sahabat kecilnya Acil adalah sahabatku sekarang di kampus. Sebuah kebetulan yang luar biasa bukan? Padahal ada 600an lebih peserta KKN Kebangsaan, tetapi bisa aja gitu satu posko sama si Acil ini yang ternyata sahabat karibnya sahabatku, Laras. Dunia memang tak selebar daun kelor rupanya.
  5. Revi, Delegates from UNRI UR atau Universitas Riau. Partner kerja yang berwawasan luas. Anak gaul Riau yang katanya punya darah orang sunda. Dia juga sekaligus jadi leader dalam bikin laporan proker, yang tiap ketemu tanyanya pasti udah beres ca? (red:progress laporan udah kelar belom caa. Iya vi iyaa)
  6. Ana. Delegates from Universitas Maritim Raja Ali Haji atau UMRAH. Our baby dari Medan. Si-tukang-ngelamun-depan-pintu-yang-kalo-lagi-sakit-suka-diam-seribu-bahasa-ngga-mau-ngomong. Kalo udah sembuh? Beuh keluar deh tuh kecerewetannya haha. Well nasi goreng buatan dia enak lho. 
  7. Mas Dany. Delegates from Unsoed. Partner satu almamater. The oldest asli Banyumas yang badannya kaya Ade Rai. Hobinya angkat barbel (Red: barbel alami yang dibuat dari batang pohon kelapa. Don’t ask me bentuknya kaya apa tapi bener-bener kaya barbel raksasa)..
  8. Wuri. Delegates from Universitas Maritim Raja Ali Haji atau UMRAH. Naks gaul batam yang sangat care, dan sangat identik dengan rambut panjangnya. Sadar atau engga kalo lagi makan biasanya sebelahan ama dia haha.
  9. Vandu. Delegates from Universitas Negeri Jakarta. Si dedek bungsu (angkatan 2014) anak Jakarta yang cerdas dan jago banget beatbox. Temen duet di perpisahan KKN Kebangsaan Pemping. Tiap denger lagu Price Tag, pasti langsung ingetnya Vandu.
  10. Riki. Delegates from Universitas Sriwijaya. Anak Jawa asli yang tinggal di Lampung. Riki itu.. alarm subuh untukku. Setiap bangun suara pertama yang aku dengar pas di posko ya suaranya dia (ca.. bangun caa).
  11.  Fadil. Delegates from UMRAH. Asli melayu yang mirip Edward Cullen. Hobinya denger lagu melayu. Baik dan care banget. Kalo cuaca udah panas kaya-jarak-matahari-seakan-cuman-sejengkal-dari-pemping, muka Fadil pasti langsung merah padam.
  12. Aini. Delegates from Institut Pertanian Bogor. A very talkative girl yang kreatif dan berwawasan luas. Kalo lagi sama Aini, klop banget kalo udah karaokean. And she also dance very well.
  13.  Ati (yang ternyata nama panggilannya Atik). Delegates from UMRAH. Cewek anak pantai yang tomboy, cuek tapi care banget. Dia paling dekat dengan orang-orang Pemping.
  14.  Icun. Delegates from UMRAH. Si imut-imut yang jago masak. Doi lahir di Padang, dan ngga tau kenapa aku seneng banget kalo udah cengin si Icun ini.
  15.  Vanesha. Delegates from Universitas Andalas. Uni padang yang jago makan. Partner in almost everything i do in Pemping. Ngelamun, nyanyi, gambar, bobo, makan, curhat, hampir setiap hal dilakuin bareng dia. Except one thing: cooking. She’s so talented in cooking. Beda banget sama aku… jagonya makan. Dasar perut karet emang (nunjuk diri sendiri)
Sungguh sebuah keberuntungan yang luar biasa bisa dipertemukan dengan mereka. Bersyukur banget bisa tergabung di posko Pemping ini dan merasakan ke-bhinneka tunggal ika-an bareng mereka. Latar belakang beda, suku beda, bahasa daerah beda (im the only sundanese yang sering dikira orang Jawa),  tapi sama-sama suka makan semua haha. Dari yang awalnya takut, khawatir dan bertanya-tanya bisa ngga ya survive sama orang-orang asing ini, sampe akhirnya di hari terakhir di Pulau Pemping yang tiap ngeliat wajah mereka bawaannya pengen nangis gamau pisah. Well.. life must go on, right? Mau ngga mau satu per satu harus balik lagi ke tempat masing-masing. But don’t worry, jadikanlah setiap inci memori di Pemping sebagai memori berharga yang kelak akan menjadi sebuah perbincangan seru di reunian kita next time. Akhir KKN Pemping selama 1 bulan kemarin bukan akhir bagi kita, tapi awal cerita pertemuan kita kelak di masa depan. Agree? Well then see you on top my friends. Yakin kalian-kalian pasti bakal jadi orang kece di masa depan nanti.


Tasikmalaya, 231216

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

My Thoughts About Palestine

Cuek itu perlu

Mood breaker!