Umi's day


Ibu. Satu kata berjuta cerita. Bagiku, ibu adalah segalanya. Dan bagiku, ibu adalah Umi. Ya karena aku memanggilnya Umi. Today, 14May is her birthday! Yay! She turned 39. Sayangnya, aku tidak bisa berada didekatnya sekarang. Aku di sini, kampus Unsoed, dan Umi di Tasik, rumahku tentu saja. Padahal aku ingin sekali menghabiskan waktu dengannya di hari ulang tahunnya. Meskipun aku yakin sebenarnya jika aku memang benar-benar ada di tasik sekarang, aku belum tentu akan terus bersamanya, bergelayut manja di tangannya, atau memberikan hadiah untuknya. Paling aku hanya akan mengucapkan selamat, salim, abis itu, udah. Aku terlalu gengsi. Isin.
Aku dan Umi memang tidak memiliki hubungan ibu dan anak yang romantis, ya misalnya sering curhat, sering telfonan, bangunin bobo, ngingetin mandi, makan, dan segala macam tetekbengek keromantisan hubungan ibu dan anak. Umi tidak seperti itu. Umi malah jarang telfon, sms pun cuma nanya kabar, thats all, no more. Temenku, sebut saja mawar. Setiap hari dia pasti ditelfon ibunya. dan yang aku dengar dari pembicaraannya, biasanya paling si mawar jawab gini “iya ma.. udah.. sama telor.. lagi di kostan caca.. iya.. yaudah.. iya.. iya.. iya mah.. iya udah.. udah ih.. mama aja yang tutup.. mama.. mama ajaaaaa.. yaudah deh aku matiin..”
Ibunya perhatian sekali, batinku. Tapi ibunya agak alay juga kayaknya, batinku lagi. Aku lalu mencoba menelfon Umi, karena merasa ‘panas’ dengan telfonan si mawar dengan ibunya.
“Mi, kumaha damang? nuju naon?..... oh.......sae.. muhun.waalaikumsalam.*” Kemudian krikkrik. Udahan. Karena ya itu tadi, karena aku dan Umi memang tidak romantis, jarang basa-basi. 
Selain itu, seleraku dengan Umi berbeda jauh. Bertolak belakang malah. Aku suka hitam, Umi suka warna-warna nge-jreng. Umi suka singkong, aku ngga suka. Aku belok kanan, dia belok kiri. Aku ingin jadi jurnalis, dia ingin aku jadi dokter. Aku bukannya tidak mau jadi dokter, tapi aku memang tidak mau, karena aku tidak mau. Lah? Liat orang kena luka gores saja aku ngilu. Nonton the raid 2 aja aku malah tidur di bioskop karena ngeri liat orang bunuh-bunuhan dan darah dimana-mana. Yakali ada dokter trus lihat pasiennya berdarah malah lari?
Sebelum aku memutuskan untuk memilih komunikasi Unsoed, Umi memang awalnya menentang. Tapi, ya itulah Umi. Tidak terlalu memaksakan kehendak dirinya. Dia memiliki cita-cita agar anak-anaknya menjadi dokter, tetapi aku tidak. Umi mengalah, karena hidup ini memang aku nantinya yang bakal ngejalanin. Aku terlalu egois memang. Tapi ya mau bagaimana. Daripada ada di kedokteran trus malah keteteran? Mending menyerah sebelum berperang. Kesannya pesimis, tapi toh udah kelihatan bakal kalah. Jadi mundur sajalah. Lagipula aku tahu keinginan Umi adalah melihat anak-anaknya sukses, dibidang apapun. Sampai sekarang kadang aku merasa bersalah karena ngga nurut kata-kata Umi. Tapi mungkin dengan aku serius di pilihanku sekarang, aku harus bisa berdiri sendiri, and show her that my choice is right.
Back to her birthday, Umi jarang menerima ucapan dari orang-orang terdekatnya. Dan dia juga tidak terlalu ambil pusing dengan hari lahirnya itu. Malah dia sering lupa. Tahun lalu aku memberinya ucapan selamat ulang tahun dan sebuah cake coklat. Reaksinya saat menerima cake dariku pun biasa saja. Cengengesan doang. Yah.. itulah Umi.

Itu bukan kekurangannya, itu justru kelebihannya dengan ibu yang lain. Im proud to be her daughter. For me, Umi is a perfect mother. Ibu yang baik, sangat baik. Dia tidak terlalu posesif, tetapi ngga cuek juga. Netral lah. Meskipun terkadang dia menyebalkan karena kadang bawel, layaknya seorang ibu, tetapi aku tahu itu untuk kebaikanku. And im so grateful to her for being my mother.
She has going through a lot of pain because of me. Ketakutan terbesarku hidup di dunia ini adalah ketika Umi menangis karena ulahku, karena kesal dan marah padaku. Aku sangat berharap semoga itu belum dan tidak akan pernah terjadi. Jika memang Umi pernah menangis olehku, kuharap dia akan memaafkanku karena aku menyayanginya dan karena dia adalah orang pertama yang paling aku sayangi di dunia ini. Dan jujur saja, cita-citaku dari dulu hingga sekarang tidak pernah berubah, aku hanya ingin membuat kedua orang tuaku bangga padaku. Umi, terutama.

Wilujeng tepang tahun mi,
Panjang yuswa, sing disehatkeun, sing dibagjakeun dunia akhiratna.. Aamiin...**

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

My Thoughts About Palestine

Cuek itu perlu

Mood breaker!