A Lesson: Menghadapi Rasa Sakit Hati

 


Setiap orang pernah sakit hati, atau mungkin menyakiti orang lain, secara sadar ataupun tidak. Dan sungguh sebuah perasaan yang sangat tidak menyenangkan adalah ketika kita jadi orang yang disakiti.Ya namanya sakit, mana ada yang enak sih.

Sebagian orang bisa dengan cepat memaafkan kesalahan orang lain ketika dia disakiti. Sementara sebagian lainnya, ada yang mungkin secara lisan bilangnya udah maafin, tapi rasa sakitnya terus bertahan berlarut-larut, bahkan untuk bisa benar-benar memaafkan pun rasanya sulit. Which one are you?

Mine is: yang kedua. Ketika seseorang punya kesalahan yang bikin aku sakit hati, aku bisa dengan mudah bilang “iya gpp ko”. But the heart never lies, karena kalau udah beneran sakit hati, aku bisa menyimpan rasa sakitnya sampai bertahun-tahun. Unless.. orang yang nyakitin itu beneran nunjukkin kalau dia merasa bersalah.  

Easy to forgive, not to forget. Karena memori yang menyakitkan itu jauh lebih membekas dalam ingatan dibandingkan memori menyenangkan, science said.

Asli, tapi cape sih jadi orang kaya gini tuh. Jadinya kaya berharap biar orang itu bisa berubah, ketika kenyataannya kita ngga bisa merubah seseorang, dan kita ngga bisa berekspektasi apa-apa sama mereka. When we did, konsekuensinya adalah kita bakal kecewa. Sakit hati lagi. Ngerepotin diri sendiri namanya.

Tapi memendam dendam sama orang nyakitin kita juga itu sia-sia. Kitanya mendem rasa sakit berlama-lama, sampai kepikiran tiap malem, eh si tersangkanya mana ada kepikiran sama kita? Jadi ya percuma. Ust Nuzul Dzikri dalam salah satu sesi cermahanya pernah bilang;

Masalah yang menimpa kita saat ini, adalah terjadi karena dosa-dosa kita. Maka ketika kita disakiti orang lain, jangan menyalahkan mereka yang menyakiti, tapi tanyakan pada diri sendiri ‘Apa kesalahanku pada Allah?’

Dhar. Berasa ditabok banget. Jadi kepikiran bahwa selama ini aku memang merasa belum dekat betul dengan Tuhanku sendiri. Malah terlalu sibuk mikirin perasaan orang lain, yang belum tentu mikirin perasaan kita. Terlalu sibuk merasakan kecewa pada makhluk, dan lupa untuk mengakui kalau diri sendiri udah banyak bikin kecewa Tuhannya. But Allah never leave, He always there.

Terkadang mungkin kita berpikir, Tuhan tidak adil. Karena ketika kita disakitin sama orang, kok orang yang nyakitin kita hidupnya baik-baik aja. Kenapa dia juga ngga merasakan kesakitan yang sama dengan apa yang kita rasakan. Tapi Ust Nuzul Dzikri juga mengatakan:

Ingatlah, adzab Allah lebih pedih. Daripada kita yang menyakiti, biarin Allah yang balas. Kita cukup menata diri.

Tapi tunggu, bukan berarti kita boleh berharap siapa pun yang menyakiti terus kena adzab. Big No, mendoakan keburukan buat orang lain juga bahaya, karena doanya bisa kembali ke kita juga. Doakan yang terbaik untuk mereka. Doakan agar mereka ngga lagi menyakiti orang lain, ataupun diri kita. Agama mengajarkan umatnya untuk menjadi seorang pemaaf, bahkan pada seorang musuh sekalipun.

Seperti kisahnya Rasulullah shalallahu'alaihiwassalam, ketika ada seorang musyrik yang selalu menghinanya bahkan menyiram Rasul dengan kotoran, Rasulullah tetap memaafkannya, bahkan beliau menjengkunya ketika sakit. 

Ya kita memang bukan Rasul, kita bukan malaikat yang bisa selapang dada itu ketika menghadapi perlakuan yang bikin sakit hati. Tapi kita punya pilihan untuk: menerima dan memaafkan untuk hati yang lebih tenang, atau terus memendam marah yang bisa jadi bumerang buat diri kita sendiri. 

Poinnya adalah, jangan terlalu sibuk ‘meratapi’ rasa sakit, dan berharap orang yang menyakiti juga tersakiti. Kita berhak merasa bahagia dan tenang tanpa harus memikirkan kesalahan orang lain di mata kita. 

Sakit hati itu manusiawi, ya karena manusia punya hati dan emosi yang rentan. Bukan hewan yang baru melawan ketika ditembak senapan atau dikejar pemburu. Kita sangat mungkin tersakiti oleh kata-kata seseorang, atau bahkan ketika seseorang diam tanpa berkata apa-apa. Sakit hati memang hak kita, bahkan seringkali terjadi tanpa kita minta. Tapi kita juga berhak untuk melanjutkan hidup, dan ngga terjebak dalam rasa sakit yang justru bikin kita ngga kemana-mana.

Jika ada kata-kata yang melukai hati, menunduklah dan biarkan ia melewatimu. Jangan dimasukkan dalam hati agar hatimu tidak lelah -Ali bin Abi Thalib




Komentar

Postingan populer dari blog ini

My Thoughts About Palestine

Cuek itu perlu

Mood breaker!